Belajar dan Mengajar Kreatif.
Meisha Jihad Yudhiana 16514556
Popy Ariska 18514461
Elita Chika Larasati 13514505
1. Arti
mengajar kreatif
a. Pengertian
belajar kreatif
Secara
psikologis, belajar adalah proses perubahan individu menjadi perilaku yang
lebih baik setelah memperoleh pengalaman baru dari lingkungannya dan latihan
yang dilakukannya. Belajar merupakan sebuah upaya pemenuhan kebutuhan manusia
dalam memenuhi rasa ingin tahunya dan memperoleh kemampuan serta keahlian yang
dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupannya. Proses ini berlangsung seumur
hidup tanpa memandang usia.
Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger (1980) dalam
Semiawan dkk (1987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah “menjadi peka
atausadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan,
unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkam
informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau menunjukkan (mengidentifikasi)
unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan
mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya” .
b. Proses
belajar kreatif.
Sedangkan proses belajar kreatif menurut Torance dan Myres
berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai : “keterlibatan dengan sesuatu
yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui dalam kekaguman, ketidak
lengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan, ketidakteraturan dan
sebagainya.
Jadi, belajar
kreatif tidak sama dengan menerima ilmu atau pengalaman secara pasif, tapi juga
berusaha memperolehnya secara aktif dan memenuhi kekurangan yang belum dipenuhi
sehingga proses dan hasil dari belajar akan memperoleh hasil yang maksimal.
c. Mengapa
belajar kreatif
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38)
memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
- Belajar
kreatif membantu anak untuk mampu belajar secara
mandiri dan menangani dan mengarahkan sendiri tujuan pembelajarannya.
- Belajar
kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan
masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
- Belajar
kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan kita. Banyak
pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi
kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi,
bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
- Belajar
kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
d. Tiga
Tingkat Belajar Kreatif (Model Effinger)
Dalam pembelajaran kretaif, terdapat
teknik-teknik tertentu yang penggunaanya harus disesuaikan dengan fungsi dan
tahap pembelajaran. Metode dan teknik kreatif berikut mengacu kepada model
pembelajaran kreatif dari Treffinger (1980)
1. Teknik-teknik kreatif
tingkat pertama
Menekankan pada fungsi-fungsi divergen
antara lain menggunakan teknik pemanasaan, pemikiran dan perasaan terbuka,
sumbang saran dan penangguhan kritik, daftar penulisan gagasan, penyusunan
sifat, dan hubungan yang dipaksakan. Metode pembelajaran kreatif tingkat
pertama
ini mempunyai beberapa ciri umum sebagai berikut:
ini mempunyai beberapa ciri umum sebagai berikut:
·Pengahiran terbuka (open endness).kegiatan-kegiatan pada tingkat ini
menghendaki ditemukanya sejumlah kemungkinan jawaban. Bukan dikemukakanya
sebuah jawaban yang benar.
·Penerimaan banyak gagasan dan
jawaban yang berbeda. Konsekuensi dari bervariasinya jawaban yang diinginkan
adalah ditemukanya jawaban-jawaban yang bervariasi, yang kadang-kadang ada yang
tidak lazim, aneh, atau luar biasa. Terhadap yang demikian itu kita harus
membina dan menghargai, sebagimana kita menghargai gagsan yang wajar.
·Gagasan-gagasan tingkat satu meminta
kita untuk menerima
pandangan yang baru dan melihat melebihi pemikiran biasa atau
pikiran yang terikat dengan kebiasaan kita.
pandangan yang baru dan melihat melebihi pemikiran biasa atau
pikiran yang terikat dengan kebiasaan kita.
·Guru mencoba bertindak sebagai
kamera yang menangkap sebanyak
mungkin dalam setiap situasi.
mungkin dalam setiap situasi.
2. Tingkat
Kedua
Dalam teknik- Menyusun kembali (rearrange): komponen yang saling
dapat menggantikan seperti: pola, tata letak, urutan, dan sebagainya. Penerapan setiap komponen tersebut dapat diatur sesuai konteks atau masalah yang relevan
bagi setiap anak.
Penyusunan sifat memiliki ciri guna tersendiri, yaitu untuk
merangsang munculnya banyak gagasan dalam memecahkan atau menganalisis satu
objek.
Teknik-teknik kreatif tingkat teknik kreatif tingkat kedua
ini pada intinya ingin mengupayakan agar pembelajar lebih meluaskan pemikiranya
serta melakukan peran serta dalam kegiatan-kegiatan yang lebih majemuk dan
menantang. Dalam teknik ini akan lebih terasa betapa penting pola berpikir
divergen untuk memecahkan masalah secara efektif. Secara seingkat berikut ini
akan menguraikan beberapa teknik kreatif tingkat kedua, antara lain:
1) Teknis analis
morfologis. Teknik analis morfologis ini merupakan gabungan teknik-teknik
kreatif tingkat pertama yang telah dikemukakan, yaitu teknik sumbang saran,
teknik hubungan yang dipaksakan, dan teknik penyusunan sifat. Teknik ini
bertujuan agar pembelajar mampu mengidentifikasi ide-ide baru, dengan cara
mengkaji secara cermat bentuk dan struktur masalah. Dengan mencermati struktur
dari bagian-bagian utama dari masalah, pembelajar dapat mengembangkan berbegai
alternatif atau gagasan-gagasan dari kombinasi unsur-unsur yang baru.
2) Teknik bermain peran
dan sosiodrama. Bermain peran dan sosiodrama merupakan teknik pembelajaran
untuk menghadapi proses pemikiran dan perasaan yang majemuk secara efektif.
Teknik ini mengupayakan agar pembelajar dapat menangani konflik, stres, dan
masalah yang timbul dari pengalaman dalam kehidupanya.
3) Synectics. Oleh
penemuan synectics ini W.j.j. Gordon (1980), teknik synectics merupakan teknik
mempertemukan bersama berbagai macam unsur dengan menggunakan kiasan (metafor)
untuk memperoleh suatu pandangan yang baru. Ada dua prinsip dasar dalam teknik
ini adalah, pertama, membuat yang asing menjadi yang lazim; dan kedua,membuat
yang lazim menjadi yang asing, keduanya melalui kiasan dan analogi. Analogi
disini dimaksudkan sebagai suatu pernyataan yang mengungkapkan kesamaan antara
hal-hal atau gagasan-gagasan atas dasar pembandingan.
3. Teknik kreatif tingkat
ketiga
Dalam tingkat ketiga ini teknik kreatif mengupayakan
keterlibatan pembelajar dalam masalah dan tantangan nyata. Ini bermaksud agar
kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi para pembelajar untuk menghadapi
masalah nyata dalam kehidupanya. Pada tahap ini pembelajar telibat langsung
dalam pengajuan pertanyaan secara mandiri dan diarahkan sendiri. Adapun teknik
yang digunakan dalam tingkat ketiga ini adalah teknik pemecahan masalah (PMK)
secara kreatif. PMK ini merupakan teknik yang sistematik dalam mengorganisasi
dan mengolah keterangan dan gagasan, sehingga masalah dapat dipahami dan
dipecahkan secara imajinatif. Pemikiran yang logis, analitik dan divergen akan
terlibat keras dalam teknik ini.
Untuk
mencapai tujuan ini, dibutuhkan desain pembelajaran yang kompatibel dan menurut
Renzulli membutuhkan tujuh kunci; guru yang kompatibel,
kurikulum yang memenuhi kebutuhan siswa, prosedur identifikasi jarak, Pematokan sasaran program yang
sifatnya terdiferensiasi, staf yang berkualitas dan
kooperatif, adanya rencana evaluasi dan peningkatan mutu administratif.
Nantinya,
desain pembelajaran ini harus mampu membentuk program yang bersifat:
- Memberi kesempatan dan
pengalaman yang sifatnya khusus sehingga mereka terus-menerus dapat
mengembangkan potensinya.
- Mengembangkan lingkungan bermutu untuk meningkatkan
intelegensi, bakat, perkembangan afektif dan intuitif.
- Memberi peluang untuk pertisipasi aktif dan kooperatif antar
siswa maupun dengan orang tua.
- Menyiapkan tempat, waktu, dan stimulasi bagi siswa berbakat
untuk menentukan sendiri kemampuanya.
- Memberi peluang pada siswa berbakat untuk bertemu berbagai
individu berbakat untuk merasa tertantang mengembangkan dirinya.
individu berbakat untuk merasa tertantang mengembangkan dirinya.
- Memberi stimulasi pada siswa berbakat untuk menentukan bidang
yang akan digelutinya dalam evolusi manusia dan menemukan apa
yang dapat mereka kontribusikan.
yang akan digelutinya dalam evolusi manusia dan menemukan apa
yang dapat mereka kontribusikan.
2. Teknik
Mengajar Kreatif
Beberapa teknik kreatif tingkat pertama seperti disebutkan
diatas
diuraikan sebagai berikut:
diuraikan sebagai berikut:
1) Pemanasan
Teknik pemanasan ini pada intinya merupakan kegiatan
prabelajar yang digunakan pada tahap awal pelajaran. Tahap pemanasan ini mengharapkan
adanya respon resiprokal yang aktif dengan mengupayakan adanya kondisi pelepasan pikiran pembelajar dengan cara pembebasan diri
dari peraturan-peraturan dan hukum-hukum berpikir yang berlaku. Pembelajar
dikondisikan untuk terbebas dari kebiasan menjawab dengan tepat, dari
batasan-batasan waktu, serta diarahkan untuk lebih banyak menghasilkan ide.
Dengan kegiatan pemanasan tersebut diharapkan pembelajar sudah masuk pada
suasana pemikiran yang siap untuk menelaah hal dan masalah baru yang kan dipelajari
pada tahapan pembelajaran berikutnya.
2) Pemikiran dan perasaan
berakhir terbuka
Teknik pemikiran dan perasaan berahir ini pada intinya ingin
mengupayakan agar pembelajar terdorong memunculkan perilaku divergen. Perilaku
ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan pertayaan yang memungkinkan
pembelajar mengungkapkan segala peraaan dan pikiran sebagai jawaban. Dalam
hal ini diharapkan guru dapat berperan sebagai fasilitator yang membantu anak
dalam mengungkapkan ide, gagasan atau ekspresinya dalam kegiatan yang
menunjang, misalnya membuka gagasan yang kontradiktif atau pendapat yang
profokatif dalam sebuah diskusi kelas agar murid semakin terpancing untuk
mengutarakan apa yang ada di pikirannya. Guru juga mengajarkan murid teknik
bertanya yang baik agar mereka dapat menemukan akar dari suatu masalah dan
menemukan solusinya.
3. Memupuk
Iklim Belajar Kreatif
a. Strategi
Memupuk Belajar Kreatif
Kesempatan untuk belajar kreatif ditentukan oleh banyak
factor antara lain sikap dan minat siswa, guru orang tua, lingkungan rumah dan
kelas atau sekolah, waktu, uang dan bahan-bahan (Conny Seniawan, dkk. 1990).
Menurut Amabile (1989) dalam Munandar (2004: 113-114) .Ada
beberapa factor yang mempengaruhi kreaitvitas belajar siswa :
a. Sikap orang tua terhadap kreativitas
anak
Sudah lebih dari tiga puluh tahun pakar psikologis
mengemukakan bahwa sikap dan nilai orang tua berkaitan erat dengan kreativitas
anak jika kita menggabung hasil penelitian di lapangan dengan teori-teori penelitian laboratorium
mengenai kreativitas.
Menurut Amabile (1989 : 103) menegaskan ada bahwa ada
beberapa faktor yang menentukan kreativitas anak ialah :
- Kebebasan
Orang tua
tidak bersifat otoriter dan mampu memberikan kebebasan yang bertanggung jawab
pada anak.
- Aspek
Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang
menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka
danmengharagai keunikan anak.
- Kedekatan emosional
Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang
mencerminkan rasa permusuhan, penolakan dan terpisah.
- Prestasi Bukan Angka
Orang tua anak kreatif menghargai prestasi anak, dan
menitikberatkan pada penghargaan atas kerja kerasnya dalam usahanya
menghasilkan yang terbaik bukan semata hasil akhirnya saja.
- Menghargai Kreativitas
Anak yang kreatif memperoleh dorongan dari orang tua untuk
melakukan hal-hal yang kreatif.
b. Strategi mengajar guru
Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan sejumlah
strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas.
b.
Menjelaskan Saran Saran Dalam Memupuk Belajar Kreatif
dalam memupuk
belajar kreatif pada anak, membutuhkan peran dari semua pihak, bukan hanya
tanggung jawab pihak sekolah. Orangtua dan lingkungan sekitar harus turut
nmampu berperan aktif dalam pembentukan iklim belajar kreatif agar tercapai
hasil yang maksimal.
Sumber
Komentar
Posting Komentar