Teori Kepribadian Sehat
Nama : Meisha
Jihad Yudhiana
Kelas : 2pa14
NPM : 16514556
1. Aliran
Psikoanalisa
Psikoanalisis adalah cabang ilmu psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund
Freud sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.Aliran psikoanalisa
melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi
dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan potensi dan
kebebasan memiih yang dimiliki oleh manusia. Dalam
psikoanalisa, manusia serta perilaku perilakunay dikontrol oleh energy psikis
dari dalam diri dan pengalaman pengalaman masa lalu.
Kepribadian Sehat Psikoanalisa:
1.
Menurut freud kepribadian yang sehat
yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan
yang ilmiah.
2.
Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan
kecemasan, dengan belajar
3.
Mental yang sehat ialah seimbangnya
fungsi dari superego terhadap id dan ego
4.
Tidak mengalami gangguan dan
penyimpangan pada mentalnya
5.
Dapat menyesuaikan keadaan ddengan
berbagai dorongan dan keinginan
Dalam aliran Psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah korban tekanan
biologis dan konflik masa kanak-kanak. Aliran ini melihat dari sisi negative
individu, alam bawah sadar (id,ego,superego, mimpi dan masa lalu.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit atau
kurang, ‘sisi yang pincang’ dari kodrat manusia, karna hanya berpusat pada
tingkah laku yang neuritis dan psikotis.
Sigmund freud dan orang-orang yang mengikuti ajarannya mempelajari
kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kebribadian yang sehat; atau
kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik.
Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan
manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa
kanak-kanak.
2. Aliran Behavioristik
Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon).
Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras
bahwa psikologi memiliki batas pada studi tentang
perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori
Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1.
Menekankan pada respon-respon yang
dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2.
Menekankan pada perilaku yang dipelajari
dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan
pada perilaku yang bersifat bawaan.
3.
Memfokuskan pada perilaku binatang.
Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku
binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi
tentang apa yang dilakukan binatang.
Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya
rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons
terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya
untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang
manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu
pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang
berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri
sendiri.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif
terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem
yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap
manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
1.
Memberikan respon terhadap faktor dari
luar seperti orang lain dan lingkungannya
2.
Bersifat sistematis dan bertindak dengan
dipengaruhi oleh pengalaman
3.
Sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.
Menekankan pada tingkah laku yang dapat
diamati dan menggunakan metode yang obyektif
c. Aliran Humanistik
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh
sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah
kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat
berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang
dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi
humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force) karena humanistik muncul
sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala
behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa.
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk
mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja
mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan
memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar
sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon
pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa
lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada
aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan
tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman
ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian
besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
D, Pendapat Allport
Allport ingin menghilangkan
kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam
pembicaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya
dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua
konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium dan
dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam
kata “appropriate”.
Proprium menunjuk kepada sesuatu yang
dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self) terdiri dari
hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang
individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik. Allport
menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
Proprium berkembang dari masa bayi sampai
masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan
telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam suatu
konsep proprium. Jadi proprium adalah
susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan suatu prasyarat untuk suatu
kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan
suatu perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat membedakan antara diri (“saya”)
dan dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat
pertama perkembangan proprium diri jasmaniah. Kesadaran
akan “saya jasmaniah” misalnya bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah
benda yang dipegang dalam jari-jarinya.
Identitas diri. Pada tingkat kedua
perkembangan, muncullah perasaan identitas diri. Anak
mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang
terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin
adalah bayangan yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa
perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi
pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
Harga diri. Tingkat ketiga dalam
perkembangan proprium ialah timbulnyaharga diri. Hal
ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar
mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini
merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan, apabila orang tua menghalangi
kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat
dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.
Perluasan diri (self extension). Tingkat perkembangan diri
berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai
menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa
beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang
“kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk memperluas dirinya,
untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi,
nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri. Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya.
Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang
dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orangtua dan
anak. Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkan
supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu dan manjauhi itngkah
laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua, anak
mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk
perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Diri sebagai pelaku rasional. Setelah anak mulai
sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan
dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah
serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan
tantangan-tantangan intelektual. Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan
masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan proprium (propriate striving). Dalam masa adolesensi,
perjuangan proprium (propriate striving), tingkat terakhir tingkat
terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) timbul. Allport percaya bahwa
masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam
mencari identitas diri yang baru, segi yang sangat penting dari pencarian
identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni
untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan
impian-impian jangka panjang.
Perkembangan dari daya dorong kedepan, intensi-intensi, aspirasi-aspirasi,
dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang matang. “sasaran-sasaran
yang menentukan” ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian
sehat.
Tujuh tingkat diri atau proprium ini
berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi. Suatu kegagalan atau
kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan
tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari
tignkat-tingkat itu dalam proprium. Dengan
demikian pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam
perkembangan kepribadian yang sehat.
7 Kriteria Kematangan
Tujuh criteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang
sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1). Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu
meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada
individu kemudian diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang
abstrak. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport
menamakan hal ini “pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa
suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Menurut Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus
berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena
anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, membuat anda
merasa enak, maka anda merupakan seorang partisipan otentik dalam pekerjaan
itu. Aktivitas itu lebih berarti daripada pendapatan yang diperoleh dan
memuaskan kebutuhan-kebuthan lain juga.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang
atau ide, maka ia semakin sehat secara psikologis. Diri menjadi tertanam dalam
aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan menjadi perluasan perasaan diri.
2). Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang
lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta)
terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh
kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang
berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu perasaan
identitas diri yang berkembang dengan baik.
Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang yang neurotis dengan
hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat. Orang-orang yang
neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk
memberinya. Apabila mereka membari cinta, maka cinta itu diberikan dengan
syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari
orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau mengikat.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang
kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang
sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan,
penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang
merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan
imajinatif” dan perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
Sebagai hasil dari kapasitas perasaan terharu, kepribadian yang matang
sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau
menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan
mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang
yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari
pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3). Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia.
Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga
emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi, emosi-emosi
diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi
orang-orang yang neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominant pada saat
itu, berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau kebencian.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar
terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi
kemunduran-kemunduran, tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu
memikiran cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi.
4). Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya,
orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya
sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan
mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa
orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut
suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana
adanya.
5). Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan
keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu, suatu tingkat kemampuan.
Kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias,
melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki
keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan tetapi tidak mungkin menemukan
orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka
pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan Harvey Cushing, ahli
badah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan
adalah menyelesaikan suatu tugas”.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitis untuk
hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif
tanpa melakukan pekerjaan yang penting melakukannya dengan dedikasi, komotmen,
dan keterampilan-keterampilan.
6). Pemahaman Diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih
tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat terbuka pada
pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
Orang yang memilii suatu tingkat
pemahaman diri (self objectification) yang tinggi
atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya
yang negatif kepada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang
memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang
memiliki wawasan diri yang kurang.
7). Filsafah Hidup yang Mempersatukan
Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa
aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama
dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat
hidup yang mempersatukan.
Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yag sehat dari orang
yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya
memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara sehingga tidak
cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang
mempersatukan. Suara hati yang tidak matang atau neurotis sama seperti suara
hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan
larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa.
Sedangkan suara hati yang matang
E. Pendapat Carl Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi
klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun
teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori
Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda
dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau
sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses
perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan
kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Perkembangan Kepribadian “Self”
Self atau self concept adalah konsep menyeluruh yang
terorganisir mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku
dari yang bukan aku. Self concept menggambarkan
konsep orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi
bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai perannya dalam kehidupan dan
dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Konsep pokok dari teori kepribadian
Rogers adalah self, sehingga dapat
dikatakan selfmerupakan struktur kepribadian
yang sebenarnya. Carl Rogers mendeskripsikan the self atau
self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan
bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
Real Self adalah keadaan diri individu saat ini.
Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu
itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah
bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen/ sebidang. Artinya ada
saat dimana self berada pada keadaan inkongruen, kongruensi self
ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang
kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi
“self I” dan “self me” sesuai dengan realitas dan interpretasi self yang
lain. Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan ini.
Semakin besar ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang
dirasakan dan jika tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau
mal-adjustment atau neurosis. Misalkan anda memiliki ideal selfsebagai orang yang memiliki bentuk tubuh
ideal serta memiliki prestasi yang tinggi dibanding teman –teman anda, tetapi
nyatanya real self anda adalah orang yang tidak memiliki
bentuk tubuh yang ideal serta prestasi anda adalah rata-rata dengan teman-teman
anda maka akan ada kesenjangan antara real self dan ideal self yang dapat menimbulkan kecemasan.
Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami
keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya
maka disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami
sakit mental, seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta
picik. Sedangkan ciri-ciri orang yang mengalami sehat secara psikologis
(kongruen), dalam Syamsu dan Juntika (2010:145) disebutkan sebagai berikut :
1.
Seseorang mampu mempersepsi dirinya,
orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
2.
Terbuka terhadap semua pengalaman,
karena tidak mengancam konsep dirinya
3.
Mampu menggunakan semua pengalaman
4.
Mampu mengembangkan diri ke arah
aktualisasi diri (fully functioning person).
Bagian dari medan fenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari
pola-pola pengamatan dan penilaian sadar atas diri sendiri.
Berkembang dari interaksi dengan lingkungan
Individu berperilaku dengan cara yang selaras/ konsisten dengan self
Pengalaman yang tidak selaras dengan self dianggap sebagai ancaman
Self mungkin berubah sebagai hasil dari maturation dan proses belajar
Peranan Positive Regard Dalam Pembentukan
Kepribadian
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar
akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang
lain (warmth, liking, respect, sympathy & acceptance, love &
affection). Kebutuhan ini disebut need for positive regard. Positive regard terbagi menjadi 2 yaitu:
Conditional positive regard (bersyarat) Conditional positive regard atau penghargaan
positif bersyarat misalnya kebanyakan orang tua memuji, menghormati, dan
mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh anak itu berpikir dan bertingkah
laku seperti dikehendaki orangtua.
Unconditional positive regard (tak bersyarat). Unconditional positive regard disini anak tanpa
syarat apapun dihargai dan diterima sepenuhnya.
Rogers menggambarkan pribadi yang
berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa
syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri
sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun
cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan. Setelah self dan organism bisa
menjadi suatu kesatuan yang baik, namun ketika ia masuk ke lingkungan sosial
luar yang beperan sebagai medan phenomenal. Belum tentu ia dapat berkembang
dengan sebagaimana mestinya.
Untuk mengatasi tekanan yang dirasakan,
Rogers berpendapat terdapat cara untuk mengatasinya, yaitu melalui Pertahanan.
Ketika individu berada dalam incongruity maka
pada saat itu individu berada dalam situasi terancam. Menjelang situasi yang
mengancam itu individu akan merasa cemas. Salah satu cara menghindarinya adalah
dengan melarikan diri dalam bentuk psikologis dengan menggunakan
pertahanan-pertahanan. Dua macam cara pertahanan adalah pengingkaran dan
distorsi perseptual.
Pengingkaran adalah individu memblokir situasi yang mengancam
melaluimenyingkirkan kenangan buruk atau rangsangan yang memancing kenangan itu
munculdari kesadaran (menolak untuk mengingatnya). Distorsi perseptual adalah
penafsiran kembali sebuah situasi sedemikian rupasehingga tidak lagi dirasakan
terlalu mengancam. Ketika pertahanan yang dilakukan seseorang runtuh dan merasa
dirinya hancur berkeping-keping disebut sebagai psikosis. Akibatnya perilaku individu
menjadi tidak konsisten, kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak nyambung,
emosinya tidak tertata, tidak mampu membedakan antara diri dan bukan diri serta
menjadi individu yang tidak punya arah dan pasif.
Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
1.
Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap
pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke
system saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya; tidak ada
segi kepribadian tertutup. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau
menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat
menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsidan ungkapan baru.
Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut
syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang
peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam
pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif
(misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu
lebih kuat daripada orang yang defensif.
2.
Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen
kehidupan, karena orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri
atau kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau disegarkan oleh tiap
pengalaman, akan tetapi orang yang defensif harus mengubah suatu pengalaman
baru untuk membuatnya harmonis dengan diri; dia memiliki suatu struktur diri
yang berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya.
Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini
merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian
terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan
dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai
respons atas pengalaman momen yang berikutnya.
3.
Kepercayaan Terhadap Organisme Orang
Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada
pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis “apabila suatu aktivitas
terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu
dilakukan. Dengan kata lain saya telah belajar bahwa seluruh perasaan
organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran
saya?”.
Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan
pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih
dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
Karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan,
maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka
percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang defensif membuat
keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya.
4.
Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis,
semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang
sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau
rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan, dan juga memiliki
perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa
depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau
peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan berkuasa maka orang
yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu
melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat
memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat
mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
5.
Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif
kerpakali benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi
khusus apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan
merka dan memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka sampai ke tingkat paling
penuh.
Orang yang defensif, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap
banyak pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah
dikodratkan adalah tidak kreatif dan tidak spontan.
Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu
menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam
kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk
menanggulangi perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam pertempuran
atau bencana-bencana alamiah.
F. Pendapat Maslow
G. Pendapat Erick Fromm
Erich Fromm menjelaskan bahwa manusia yang berkepribadian sehat adalah manusia yang produktif (berkarakter produktif),
yaitu mereka yang
mampu mengembangkan
potensi, memiliki cinta kasih, imaginasi, serta kesadaran diri yang baik. Orang-orang sehat menciptakan diri
mereka dengan melahirkan semua potensi mereka dan pedoman
kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internal
dan individual, yakni tingkah laku yang menghasilkan rasa persetujuan dan kebahagiaan dari dalam.
Istilah lain dari kepribadian sehat adalah self-actualize
person (Maslow),
atau oleh Victor Frankl yang menyebutnya sebagai the
meaning of people
Daftar Pustaka
Riyanti, Dwi B.P.,
Prabowo, Hendro. (1998). Seri
diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.
Kartika Sari
Dewi, Buku Ajar Kesehatan Mental (Semarang: UPT UNDIP Press
Semarang,
2012), 74.
23Ibid.,
74-
Komentar
Posting Komentar